Raja Beopheung adalah penguasa kedua puluh tiga dari kerajaan Silla, salah satu dari Tiga Kerajaan Korea. Ia berkuasa sejak tahun 514 hingga 540 (selama 25–26 tahun). Ia menggantikan Raja Jijeung (berkuasa pada tahun 500–514). Ia digantikan oleh Raja Jinheung.
Pada masa pemerintahannya, Buddhisme telah menjadi cukup umum di Silla, yang telah diperkenalkan jauh lebih awal oleh para biarawan dari Goguryeo selama Raja Nulji memerintah. Salah satu dari menteri Raja Beopheung, seorang pria bernama Ichadon, merupakan seorang penganut agama Buddha yang telah mencukur rambutnya dna melubangi ubun-ubunnya. Ia secara konstan memohon kepada raja untuk mengakui Buddhisme sebagai agama negara, dan sebenarnya Raja Beopheung sendiri telah menjadi pencinta ajaran-ajaran Buddha. Namun, para menteri lainnya sangat menentang hal tersebut, dan membangkang kepada raja.
Beopheung, setelah dibujuk oleh para menterinya, merasa berada di persimpangan jalan, dan merasa sangat enggan untuk menggantinya. Pada saat itu, Ichadon menganjurkan untuk menjadi martirnya dan memohon kepada raja untuk mengeksekuisnya di depan publik dikarenakan masalah Buddhisme. Hal tersebut ditolak oleh raja, dan lalu Ichadon dengan sengaja menghina para menteri di kerajaan tersebut, yang kemudian memicu kemarahan raja. Pada akhirnya, Ichadon dieksekusi di depan publik, tetapi sebelum kepalanya dipenggal, ia menyatakan bahwa darah yang keluar dari tubuhnya tidak akan berwarna merah akan tetapi putih seperti susu. Menurut riwayat Samguk Yusa, prediksinya terbukti benar, dan darah berwarna susu Ichadon menakutkan para menteri di kerajaan tersebut. Sebagai akibat dari kemartiran Ichadon, Raja Beopheung akhirnya memilih Buddhisme sebagai agama negara. Namun, kebebasan beragama Buddha di Shilla tidak akan dimulai sampai masa pemerintahan Raja Jinheung.
Lihat pula