Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Belajar bermakna

Teori Belajar Bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dikemukakan oleh David Paul Ausubel (25 Oktober 1918 - 9 Juli 2008) seorang ahli psikologi pendidikan dari Amerika Serikat. Inti teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna.

Menurut Ausubel faktor utama yang memengaruhi belajar bermakna adalah struktur kognitif yang telah ada, stabilitas, kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi, dan pada waktu tertentu.[1] Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul pada waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu, demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi.

Ausubel juga menekankan pentingnya pembelajaran yang bermakna daripada hafalan. Ia menyatakan bahwa teorinya hanya berlaku untuk pembelajaran reception di lingkungan sekolah. Ausubel percaya bahwa pemahaman konsep, prinsip, dan ide-ide dicapai melalui penalaran deduktif. Teori belajar bermakna David Ausubel dipengaruhi ajaran Jean Piaget. Mirip dengan ide-ide Piaget tentang skema konseptual, Ausubel menghubungkan dengan penjelasannya tentang bagaimana orang memperoleh pengetahuan.

Konsep-konsep

Pembelajaran bermakna mengacu pada konsep bahwa pengetahuan yang dipelajari sepenuhnya dipahami oleh individu dan bahwa individu itu tahu bagaimana fakta spesifik itu berkaitan dengan fakta-fakta lainnya yang telah tersimpan sebelumnya.[2]

Dalam menerapkan teori belajar (Ausubel) dalam mengajar perlu memperhatikan konsep-konsep atau prinsip-prinsip, yaitu pengatur awal, diferensiasi progresif, penyesuaian integratif, dan belajar superordinat.

Contoh pengatur awal, misalnya peserta didik akan mempelajari tentang konsep kebijakan pemerintahan kolonial. Para peserta didik lalu diminta membaca uraian tentang kebijakan pemerintah kolonial yang di dalamnya dibahas tentang kedatangan bangsa barat, kebijakan-kebijakan pemerintahan kolonial, dan perlawanan rakyat di berbagai daerah.

Dalam diferensiasi progresif, para guru mengajarkan konsep-konsep yang paling inklusif, lalu yang kurang inklusif, lalu mengajarkan hal-hal yang khusus, seperti contoh-contoh kebijakan pemerintahan kolonial Belanda dan Inggris masa itu. Untuk menentukan mana konsep yang inklusif, dan tidak memang tidak mudah. Dibutuhkan analisis konsep-konsep dalam pengembangan kurikulum.

Belajar superordinat terjadi, bila konsep-konsep yang dipelajari sebelumnya dikenal dari unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas, lebih inklusif.

Untuk mencapai penyesuaian integratif, materi pelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa menggerakkan tingkatan-tingkatan konseptual “atas ke bawah” selama informasi disajikan.

Kebaikan Belajar Bermakna

Menurut Ausubel dan Novak,[3] ada tiga kebaikan belajar bermakna, yaitu :

  • Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.
  • Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang mirip.
  • Informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya masih meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk materi pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.

Langkah-Langkah Belajar

Menurut Ausubel, ada enam langkah-langkah belajar bermakna, yaitu:

Pertama, menentukan tujuan pembelajaran. Guru perlu menentukan tujuan yang akan dicapai dalam suatu pembelajaran. Kedua, melakukan identifikasi karakteristik peserta didik, misalnya kemampuan awal dan motivasi, gaya belajar. Karakteristik ini diperlukan agar para guru dapat memilih materi pelajaran yang sesuai. Ketiga, guru memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti. Keempat, menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk pengorganisasian lebih lanjut yang akan dipelajari peserta didik itu. Kelima, mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret, Keenam, Guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.[4]

Referensi

  1. ^ Dahar, Ratna Wilis (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. hlm. 110–112. 
  2. ^ "Meaningful Learning". web.ics.purdue.edu. Diakses tanggal 2020-04-03. 
  3. ^ Esa Nur Wahyuni;, Burhanudin (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. hlm. 115. 
  4. ^ Rahmah, Nur (2013). "Belajar Bermakna Ausubel". Al Khawarizmi, e-journal IAIN Palopo. I (Maret 2013): 48. 

Baca informasi lainnya yang berhubungan dengan : Belajar bermakna

Belajar Belajar bermakna Kesulitan belajar Teori belajar behavioristik Belajar dari Rumah Pembelajaran elektronik Saatnya Aku Belajar Pacaran Kelompok belajar Lingkungan pembelajaran virtual Indonesia Mengajar Pembelajaran penemuan Media pembelajaran Kurva belajar (pemelajaran mesin) Pengajaran remedial Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Belajar sosial Keterampilan belajar Pembelajaran aktif Pengajaran mikro Wajib belajar Rencana pelaksanaan pembelajaran Merdeka Belajar Jigsaw (teknik pengajaran) Pembelajaran Kurva belajar Organisasi belajar Banten Mengajar Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) D…

unia Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Belajar tuntas Pembelajaran berbasis masalah Pengajaran bahasa komunikatif Ajari Aku Metode belajar Belajar membaca Apa yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? Pembelajaran inkuiri Tentara Pelajar Jam Belajar Masyarakat Pelajar Islam Indonesia Teori mengajar konsep Capaian pembelajaran Ajaran Belajar Bersama Maestro Pengajaran Wajib belajar di Indonesia Haji Belajar Ngaji Organisasi Pelajar Islam Pembelajaran geografi Ajaran dan Perjanjian Pembelajaran berdiferensiasi Pembelajaran terkondisi Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Teknologi pengajaran Model pembelajaran Ajaran sosial Katolik Festival Pelajar Internasional di Greifswald Ajaran Siwa-Buddha Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Festival Pemuda dan Pelajar Sedunia Buku ajar Pendidikan jarak jauh Pembelajaran konstruktivis Ruang belajar Pembelajaran tematik Desain pembelajaran Alkitab pembelajaran Pembelajaran multimodal Ajaran Samin Kuantisasi vektor belajar Pembelajaran Online Evaluasi pembelajaran Kelompok Kerja-Belajar di Prancis Kecenderungan Pembelajaran Matematika dan Sains Internasional Pembelajaran kolaboratif Persatuan Pelajar Indonesia di Taiwan Ajaran Gereja Masehi

Kembali kehalaman sebelumnya