Aksara berciri (aksara fitural) adalah aksara yang bentuk huruf-hurufnya tidak sembarang, melainkan mengikuti kaidah fonologi sehingga bentuk huruf-hurufnya khas sesuai dengan ciri fonem-fonem yang dilambangkan. Istilah "berciri" dicetuskan oleh Geoffrey Sampson untuk mendeskripsikan aksara Hangeul[1] dan stenografi Pitman.[2]
Ciri fonologis
Banyak aksara yang memiliki bentuk huruf sembarang, tidak ada keterkaitan secara fonologi, namun beberapa aksara juga memiliki ciri elemen-elemen fonologis yang terbatas. Banyak bahasa yang ditulis dengan alfabet Latin justru menambahkan huruf-huruf bertanda diakritik, yang kadang kala dianggap sebagai huruf yang berbeda dengan huruf Latin yang lazim. Sebagai contoh:
Alfabet Fonetis Internasional (AFI) juga memiliki beberapa unsur fonologis. Sebagai contoh, huruf berkait menandakan bahwa konsonan tersebut merupakan konsonan implosif (ɓ ɗ ʄ ɠ ʛ), sementara huruf berekor menandakan konsonan retrofleks (ʈ ɖ ʂ ʐ ɳ ɻ ɽ ɭ). Tanda diakritik pada AFI juga merupakan ciri.
Alfabet Fraser yang digunakan untuk menuliskan bahasa Lisu memberi ciri fonologis yang unik. Huruf-huruf yang melambangkan konsonan tenuis (P /p/, T /t/, F /ts/, C /tʃ/, dan K /k/) diputar sejauh 180° untuk mencirikan bunyi aspirasi.
Tidak seperti aksara lainnya yang memberi tanda diakritik untuk memberi ciri fonologis, aksara berciri menekankan perbedaan bentuk huruf secara fonologi. Aksara berciri yang populer adalah Hangeul dari Korea.
Contoh
Contoh aksara berciri meliputi:
Catatan kaki
Referensi
- Sampson, Geoffrey (1990). Writing Systems. Stanford University Press. ISBN 9780804717564.
- Martin, Joe. A Linguistic Comparison: Two Notation Systems for Signed Languages (Tesis).